Breaking News
Loading...

Gallery

Senin, 23 Februari 2015

Komunikasi Dalam Keluarga

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat,  yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak.
Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Termasuk kewajiban dalam mendengarkan, memahami dan merespon setiap waktu demi waktu yang dilali bersama. Untuk itu semua, komunikasi adalah cara yang tepat dalam mengikatkan hubungan menjadi lebih erat. Namun tidak semua orang memiliki komunikasi yang baik, termasuk dalam keluarganya sendiri. Hal ini terbentuk tidak dalam satu hari melainkan dari kebiasaan yang dilakukan dari kecil hingga dewasa.
Banyak kita lihat dewasa ini, dimana komunikasi adalah menjadi penyebab keluarga tercerai berai, suami dan istri yang sibuk bekerja, menjadikan pribadi mereka lupa akan hak dan kewajiban masing-masing, komunikasi dengan anak-anak mereka pun tidak terbagun dengan baik. Hal ini menjadikan keluarga bukan lagi tempat yang nyaman untuk berbagi suka dan duka. Sehingga masalah demi masalah timbul silih berganti karena komunikasi yang tidak baik.
Untuk memperluas ilmu pengetahuan, maka pada bab pembahasan selanjutnya menggunakan berbagai sumber lain yang akan memperjelas dari setiap pembahasan mengenai makna komunikasi dalam keluarga, pentingnya komunikasi dalam keluarga, sampai pada cara membangun komunikasi yang harmonis dalam keluarga.

B.     Rumusan Masalah
  1. Apakah pengertian dari komunikasi dalam keluarga?
  2. Seberapa pentingkah komunikasi dalam keluarga?
  3. Bagaiman paduan kohesi dan adaptasi dalam keluarga?
  4. Bagaimana pola komunikasi dan adaptasi dalam keluarga?
  5. Bagaiman membangun komunikasi yang harmonis dalam keluarga?

C.     Tujuan Penulisan
  1. Memenuhi tugas mata kuliah psikologi keluarga.
  2. Memberikan pemahaman tentang pentingnya komunikasi dalam keluarga, pola serta kita membangun komunikasi yang harmonis.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Komunikasi Keluarga
Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian (Dikutip dari Achdiat, 1997: 30)
Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai dan memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan (Friendly: 2002)
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengn anak-anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya, dan penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua orang tuanya.

B.     Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga
Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik. ( Bagus, 2010).
Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman pertama yang merupakan bekal untuk dapat menempatkan diri dalam masyarakat. Orang tua dalam sebuah keluarga menjadi figur bagi anak dalam segala hal seperti sikap, perilaku, tuturkata yang terbentuk karena peran orang tua.
Jadi hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam keluarga tersebut. Untuk mencapai sasaran komunikasi seperti itu, kondisi keluarga yang harmonis sangat berpengaruh dalam komunikasi keluarga. Sebagaimana dikatakan Berger bahwa keluarga normal atau keluara harmonis dapat berpengaruh terhadap proses komunikasi keluarga. Artinya, dalam keluarga jarang terjadi sikap pertentangan antar anggota, tidak saling menyudutkan atau mencari kambing hitam dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

C.    Kepaduan Kohesi Dan Adaptasi dalam Keluarga
Kohesi adalah ikatan Emosional antara anggota keluarga. Itu mengukur seberapa dekat satu sama lain merasa anggota keluarga pada tingkat emosional. Kohesi mencerminkan rasa keterhubungan atau keterpisahan dari anggota keluarga lainnya.
Sedangkan Adaptasi mengukur kemampuan sebuah keluarga untuk mengubah struktur kekuasaannya, hubungan peran, dan aturan hubungan dalam respon terhadap stres situasional dan perkembangan. Tingkat adaptasi menunjukkan seberapa baik keluarga dapat memenuhi tantangan yang disajikan oleh situasi berubah.
Komunikasi adalah dimensi memfasilitasi, penting untuk gerakan pada dua dimensi lainnya. Positif keterampilan komunikasi (seperti empati, mendengarkan reflektif, komentar mendukung) memungkinkan anggota keluarga untuk berbagi kebutuhan mereka berubah karena mereka berhubungan dengan kohesi dan kemampuan beradaptasi.keterampilan komunikasi negatif (seperti pesan ganda, ganda mengikat, kritik) meminimalkan kemampuan untuk berbagi perasaan, sehingga membatasi gerakan dalam dimensi kohesi dan kemampuan beradaptasi. Memahami apakah keluarga anggota puas dengan pembelian keluarga membutuhkan komunikasi dalam keluarga. Untuk menentukan bagaimana keluarga membuat keputusan pembelian dan bagaimana keluarga mempengaruhi perilaku pembelian masa depan anggotanya, hal ini berguna untuk memahami fungsi yang disediakan dan peran yang dimainkan oleh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka. (Amanda, 2012)

D.    Pola Komunikasi
Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1986) mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu :



1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

 Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan. Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada hubungan inerpersona lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan peran yang sama. Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan, baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun yang penting seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak, membeli rumah, dan sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman. Masalah diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Bila model komunikasi dari pola ini digambarkan, anak panah yang menandakan pesan individual akan sama jumlahnya, yang berarti komunikasi berjalan secara timbal balik dan seimbang.

2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Universitas Sumatera Utara Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu pihak tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-sendiri. Sehingga sebelum konflik terjadi, sudah ditentukan siapa yang menang atau kalah. Sebagai contoh, bila konflik terjadi dalam hal bisnis, suami lah yang menang, dan bila konflik terjadi dalam hal urusan anak, istri lah yang menang. Namun tidak ada pihak yang dirugikan oleh konflik tersebut karena masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri.
3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)

 Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Dalam beberapa kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih menarik atau berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara membiarkan pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil keputusan sendiri. Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya sendiri atau sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan Universitas Sumatera Utaraargumennya. Sebaliknya, pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.

4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

 Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang akan menang.

E.     Membangun Komunikasi yang Harmonis

1.      Tips Komunikasi Efektif
Berikut ini beberapa tips komunikasi efektif yang diberikan oleh Anna (Elfifa, 2013)
1.      Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak disampaikan dengan melihat ekspresi wajah.
2.      Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi.
3.      Menyampaikan masalah diri sendiri dengan baik.
4.      Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
5.      Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah yang dihadapi.

2.      Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut De Vito (1997: 259-264), terdapat lima kualitas umum yang dipertimbangkan dalam efektivitas komunikasi interpersonal, yakni keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality).

a. Keterbukaan
“Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita lontarkan adalah memang berasal dari diri kita bertanggung jawab atasnya”.

b. Empati
“Henry Backrack, seperti dikutip De Vito mendefinisikan empati sebagai kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang”.

c. Sikap Mendukung
“Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita dapat memperlihatkan sikap mendukung dan bersikap :
● Deskriptif
Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya sikap mendukung. Bila kita mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu, kita umumnya tidak merasakannya sebagai ancaman. Tetapi apabila kita berkomunikasi secara evaluatif tentu akan membuat perasaan tidak nyaman.
● Spontan
Seseorang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam
mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama, terus terang dan terbuka.
● Provisional
Bersikap provisional artinya berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika ke adaan mengharuskan”.

d. Sikap Positif
“Komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap postif terhadap diri mereka sendiri. Selain itu, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Hal tersebut didukung dengan dorongan dan menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain. Dorongan yang bersifat positif mendukung citra pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik”.

e. Kesetaraan
“Dalam berkomunikasi harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga. Namun, kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua prilaku verbal dan nonverbal pihak lain, melainkan menerima pihak lain dan memberikan “penghargaan positif tidak bersyarat” kepada orang lain”.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengn anak-anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya, dan penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua orang tuanya
2.      hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam keluarga.
3.        Pola Komunikasi
a.         Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
b.         Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
c.         Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
b.         Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
4.         Tips Komunikasi Efektif
a.         Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak disampaikan dengan melihat ekspresi wajah.
b.         Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi.
c.         Menyampaikan masalah diri sendiri dengan baik.
d.        Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
e.         Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah yang dihadapi.
5.      Efektivitas Komunikasi Interpersonal
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Sikap Mendukung
d. Sikap Positif
e. Kesetaraan





Daftar Pustaka

Amanda, artika. 2012. Pengaruh Keluarga. http://artikaamanda. Blogspot .com /2012 /02/ pengaruh-keluarga.html. diakses pada tanggal 23 November 2013.




Sinhu Bagus. 2010. Pengertian komunikasi dalam keluarga. http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-komunikasi-keluarga.html. diakses pada tanggal 23 November 2013


Sofyan. 2011. Konseling Keluarga. Bandung : Alfabeta.














0 komentar :

Posting Komentar

Back To Top