Breaking News
Loading...

Gallery

Kamis, 17 Juli 2014

My Ummi

24 Mei 1992 aku dilahirkan dari rahim seorang ibu yang selama sembilan bulan telah mengandungku. Kelahiranku disambut suka cita oleh seluruh keluargaku. Bahkan kerabat dekat orang tua ku tak henti-hentinya berdatangan untuk memberi selamat atas kelahiranku, aku sangat bahagia lahir dari seorang ibu yang sangat menyayangiku. Aku dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama. Sedari kecil aku sudah diajarkan untuk menghafal surat-surat pendek dan aku juga dimasukkan ke tempat pengajian.

Tiba waktunya aku memasuki TK, ummi mendaftarkan aku di TK yang dekat dengan kantor ayahku. Aku diajak untuk melihat suasana TK tempat yang nantinya menjadi rumah keduaku. Aku merasa asing dengan tempat itu, tapi ummi meyakinkan aku bahwa tempat itu akan menjadikan aku pintar dan mempunyai banyak teman. Aku mengatakan pada ummi.

 “Ummi bolehkah adik-adik ipah (nama panggilan) menemani ipah selama ipah di TK ?” 

Dengan bijak ummi mengatakan

 “Adik-adik ipah suatu saat juga akan masuk TK tapi bukan sekarang nak, disini ipah akan mempunyai banyak teman yang bisa ipah ajak untuk bermain.”

Aku lega mendengarnya, aku berharap apa yang dikatakan ummi itu benar, aku sangat mempercayai ummi, selama ini ummi tidak pernah berbohong kepadaku.

Hari yang dinanti pun tiba. Ya hari dimana untuk pertama kalinya aku akan belajar di tempat yang jauh dari rumah. Pagi-pagi ummi membangunkan ku untuk bersiap-siap pergi ke sekolah, walaupun masih ngantuk aku tetap bangun karena aku tidak sabar lagi untuk bertemu teman-teman baruku. Ummi sudah mempersiapkan semuanya termasuk bekal yang akan aku bawa ke TK.

Setengah semester aku belajar di TK, ayah mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Bandung dan aku terpaksa pindah ke TK yang ada di kampung halamanku. Ketika aku masuk SD, ayah pulang dari Bandung dan tanpa sepengetahuanku, ayah berencana mengajak ummi dan adik-adikku ikut serta ke Bandung. Ummi telah memasukkan baju-baju orang tua ku dan juga adik-adikku ke dalam koper.

Ummi memanggil aku seraya bertanya “ipah, dimana jaket ipah?”,

Aku langsung mencarinya dan menyerahkannya kepada ummi.

Ummi berkata “jaket ini untuk adik saja yaa”,

Aku langsung menjawab “trus ipah pake jaket apa ummi?”

“nanti ummi beli lain di Bandung ya nak”

Aku melihat isi lemari dan ternyata baju aku masih utuh dan ummi tidak memasukkannya ke dalam koper. Aku merasa ada yang aneh, tanpa ragu aku bertanya.

“ Ummi, baju ipah kok ga dimasuin ke koper ?, kenapa ummi ?”

Ummi langsung menangis, aku tambah bingung sebenarnya apa yang sedang terjadi. Dengan terisak ummi mengatakan kalau aku tidak akan ikut ke Bandung bersama ummi dan adik-adikku. Aku tidak bisa terima kenapa adik-adik aku ikut sedangkan aku tidak.

“Ummi tidak sayang lagi yaa sama ipah ?” aku mencoba menahan gemuruh yang ada di hatiku.

Tangisan ummi semakin pecah, dan selama beberapa menit ummi mencari alasan yang mudah aku mengerti.

“Ummi sayang sama ipah, tapi ipah disini saja yaa tinggal bersama nenek. Ummi akan selalu menelpon ipah. Ummi janji” ucap ummi sambil menghapus  air mata ku yang terus mengalir tanpa henti.

Dan aku melepaskan kepergian ummi dengan air mata setelah nenek berhasil membujukku. Awal-awal nya berat tapi lambat laun aku bisa mengerti. Walaupun kadang-kadang aku merasa kesepian.

Saat yang paling bahagia pun hadir. Ummi akan pulang ke Aceh setelah 5 tahun aku tidak pernah menatap wajahnya. Selama ini aku hanya melihatnya di foto saja. Aku tidak sabar lagi menunggu kedatangan ummi, ayah dan juga adik-adikku.

Dan ketika aku pulang dari pengajian, ternyata ummi sedang menunggu kepulanganku. Begitu aku melihat ummi, aku langsung memeluknya. Aku merasa hangat dalam pelukannya dan ummi tak kuasa menahan tangis. Beliau menangis tanpa henti dan membuatku juga ikut menangis. Aku sangat bahagia akan kepulangan ummi. Lima tahun sudah aku tidak merasa hangat nya pelukan ummi. Dan aku bersyukur kepada Allah karena aku masih diberi kesempatan untuk melihat wajah ummi dan merasakan pelukannya. Terima kasih Yaa Allah.

Yang lebih membuatku bahagia adalah sebentar lagi aku akan mempunyai adik baru. Aku heran kenapa nenek tidak menceritakan hal ini. Memang nenek pernah menanyakan kepadaku bagaimana perasaanku jika aku mempunyai adik lagi. Aku menjawab seadanya dan sama sekali aku tidak berpikir kalau pertanyaan nenek bukan pertanyaan sembarangan. Aku yang waktu itu masih SD tidak ambil pusing dengan pertanyaan aneh nenek.
Ketika adikku lahir aku merasa pasti ummi lebih sayang sama adik baruku daripada diriku. Ternyata dugaanku salah. Ummi tetap seperti dulu. Ummi yang selalu sayang sama aku dan tidak pilih kasih.

Sampai sekarang pun ummi selalu menjadi orang nomor satu dalam hidupku. Dan itu takkan bisa tergantikan oleh siapapun. Disaat aku mempunyai masalah, ummi orang pertama yang membuka pikiranku bagaimana cara menyelesaikan masalah yang sedang aku alami dan semua nasehat yang ummi berikan selalu menuntunku ke jalan yang lebih baik. Aku bersyukur masih mempunyai ummi, masih bisa melihatnya tersenyum, masih bisa mencicipi masakannya. Aku termasuk orang yang beruntung, di lain sisi aku melihat banyak teman-temanku yang tidak lagi mempunyai seorang ibu. Seorang ibu yang mencurahkan seluruh cinta kasihnya kepada kita.  Seorang ibu yang membelai kita dengan doa-doa nya yang tanpa henti.

Kami selalu menyempatkan diri untuk menuntut ilmu akhirat di mushalla dekat rumah kami. Ketika aku lupa dengan jadwal pengajian rutin kami, mungkin karena aku terlalu sibuk dengan aktivitas kampus, ummi tak jemu-jemunya mengingatkan ku. Ummi selalu menasehatiku agar tidak meninggalkan shalat karena menurut ummi jika shalat kita baik maka amalan yang lain pun akan ikut baik.

“Yaa Allah sayangilah ummi, sebagaimana ummi menyayangiku sejak kecil, ummi yang menjadi madrasah pertama bagiku. Ummi yang selalu tegar walaupun masalah kian mendera. Aku tidak akan pernah lupa jasa ummi kepada ku. Ummi yang telah memberikan kesempatan bagiku untuk melihat indahnya dunia. Yaa Allah berilah kesehatan kepada kedua orang tuaku, jauhkanlah mereka dari mara bahaya. Ipah janji, ipah akan menjadi anak yang shalehah dan ipah akan berusaha keras agar ummi bahagia. Yaa Allah kumpulkanlah kami di surga-Mu yang penuh kenikmatan, kenikmatan yang tidak pernah kami rasakan di dunia ini” lirihku.

0 komentar :

Posting Komentar

Back To Top