Kebersamaan
Aku mengenal mereka sejak duduk di bangku kuliah semester
3. Mereka telah lama mengajak aku mengikuti perkumpulan alawiyyin yang ada di
Banda Aceh. Aku selalu menolak ajakan mereka karena aku hanya mengenal mereka
lewat facebook. Aku takut kalau mereka bukan orang baik-baik. Seperti yang kita
ketahui orang-orang yang ada dalam facebook tidak boleh kita percayai 100 %.
Bisa saja kita menjadi korban penipuan atau bahkan penculikan. Aku berusaha
percaya kepada kak Icut yang waktu itu selalu mengajak aku untuk
ngumpul-ngumpul dengan mereka, tetapi selalu ku abaikan.
Tepatnya pada hari minggu aku mendapatkan sms untuk pergi
jalan-jalan dengan alawiyyin. Aku mendapat sms itu ketika aku sedang mengikuti
kuliah tambahan. Antara bingung harus ikut atau tidak. Setelah berpikir
matang-matang akhirnya kuputuskan untuk ikut. Setelah perkuliahan selesai aku
tidak langsung pulang ke rumah, aku langsung naik labi-labi menuju rumah kak
Icut karena mereka semua akan berkumpul di rumah kak icut. Aku berkomunikasi
dengan kak icut melalui sms, dia memberikan alamat rumahnya. Dan aku pun naik
becak untuk sampai ke rumahnya, tidak ada labi-labi yang langsung masuk ke
daerah tempat kak icut tinggal.
Akhirnya aku sampai di rumah kak icut. Ternyata kak icut
orangnya ramah padahal baru kenal. Setelah kita mengobrol panjang lebar
ternyata aku dan kak icut sodaraan. Dan aku juga mengobrol dengan
teman-temannya yang telah berkumpul di rumah kak icut. Rasanya senang sekali
bisa berkumpul dengan keluarga alawiyyin. Setelah shalat dhuhur kami pun
langsung tancap gas ke mata ie hillside. Terus terang aku belum pernah kesana,
kak icut dan majidah pun sama, mereka belum pernah kesana. Jadilah kami seperti
anak kampung yang belum pernah lihat apa-apa. Tapi kami sangat menikmati
kebersamaan itu. Kami asyik berfoto-foto ria dengan pemandangan kolam. Aku
senang bisa mengenal kalian semua.
Sejak saat itu aku sering ikut kumpul-kumpul bersama
mereka. Dan aku mempunyai banyak teman dari keluarga alawiyyin. Dan pada sat
itu aku merasa mempunyai perasaan kepada salah satu teman kak icut. Yaa aku
jatuh cinta. Mungkin karena kebersamaan yang tercipta ditambah dengan sering
bertemu membuat aku mempunyai perasaan lebih kepadanya. Lama aku memendam rasa
ini, aku tidak berani mengungkapkan isi hatiku. Aku hanya berani mengaguminya
dalam diam. Karena aku tidak tahan lagi akhirnya aku curhat sama kak icut yang
membuat kak icut menggodaku. Aku hanya bisa tersenyum bahagia berharap rasa ini
segera diketahui olehnya. Tapi aku takut dan juga malu kalau sampai dia mengetahui
perasaanku. Apa yang harus aku lakukan. Berkat saran teman, aku
mengungkapkannya melalui sms. Dan tahukah apa yang terjadi selanjutnya. Dia
tidak membalas sms ku dan sejak saat itu dia menjauh dariku. Aku mengutuk diri
sendiri, seharusnya aku tidak boleh gegebah. Karena sms itu aku tidak bisa lagi
melihatnya. Dan aku sangat menyesali kejadian itu.
Puncaknya terjadi ketika keluarga alawiyyin mengajakku
berbuka puasa bersama di sebuah cafe yang ada di sigli. Aku sangat semangat
untuk ikut acara ini. Dan sesampainya di tempat acara, aku langsung lemas
karena aku melihat dia juga ikut buka puasa bersama kami. Aku tidak tahu apa
yang harus aku lakukan, aku menutup diri tidak ikut mengobrol dengan mereka.
Yang aku pikirkan bagaimana caranya agar acara selesai dan cepat-cepat pulang.
Perasaanku berubah. Aku shock bertemu dengannya setelah sekian lama tak pernah
melihatnya. Karena kejadian itu juga aku jadi tidak semangat menyambut lebaran.
Aku jadi pemurung dan seakan-akan semua yang kulakukan serba salah. Aku harus
bisa menata hati ini kembali.
Setelah beberapa bulan dari kejadian itu, aku mendapatkan
sms dari keluarga alawiyyin, bahwa mereka akan melaksanakan acara taushiyah
yang akan diisi oleh salah seorang habib dari Madura. Aku sangat semangat karena
inilah waktunya untuk kembali berkumpul-kumpul bersama keluarga alawiyyin.
Acaranya dilaksanakan ba’da dhuhur. Setelah shalat dhuhur aku bersiap-siap dan
meminta adikku untuk mengantarkan ku ke tempat acara tersebut. Dan sesampainya
disana mereka sedang menyiapkan makanan untuk disantap setelah taushiyah.
Tidak lama menunggu, habib dari madura pun tiba. Aku
tidak pernah membayangkan kalau habib itu masih sangat muda. Beberapa kali aku
ikut acara yang mengisi taushiyah pasti habib yang sudah berumur. Habib itu pun
duduk ditempat yang sangat strategis, maksudnya aku bisa menatapnya langsung.
Jendela di tempat acara tersebut sengaja dibuka agar tidak terlalu panas. Dan
aku bisa melihat habib tersebut melalui celah jendela.
Dari pertama habib itu sampai hingga pulang. Beliau hanya
menatapku bahkan sambil memberi taushiyah pun matanya tidak beranjak dariku.
Aku dibuat bingung olehnya. Aku sempat berpikir “kenapa habib itu liatin ana
terus yaa...apa ada yang salah sama diri ana”. Dan akupun tidak mempedulikannya
mungkin yang beliau lihat bukanlah aku. Kenapa aku jadi GR begini yaa. Otakku
sibuk mencari jalan keluar dari permasalahanku. Yaa permasalahan laporan kuliah
ku yang belum selesai. Sehingga aku pun tidak terlalu memperhatikan apa yang
disampaikan habib tersebut. Menurutku taushiyah yang beliau sampaikan
berkualitas dengan bahasa yang mudah dipahami dan suaranya yang mengalun lembut
membuat orang betah berlama-lama mendengarnya.
0 komentar :
Posting Komentar