Breaking News
Loading...

Gallery

Kamis, 24 Juli 2014

Kebersamaan

            Aku mengenal mereka sejak duduk di bangku kuliah semester 3. Mereka telah lama mengajak aku mengikuti perkumpulan alawiyyin yang ada di Banda Aceh. Aku selalu menolak ajakan mereka karena aku hanya mengenal mereka lewat facebook. Aku takut kalau mereka bukan orang baik-baik. Seperti yang kita ketahui orang-orang yang ada dalam facebook tidak boleh kita percayai 100 %. Bisa saja kita menjadi korban penipuan atau bahkan penculikan. Aku berusaha percaya kepada kak Icut yang waktu itu selalu mengajak aku untuk ngumpul-ngumpul dengan mereka, tetapi selalu ku abaikan.

            Tepatnya pada hari minggu aku mendapatkan sms untuk pergi jalan-jalan dengan alawiyyin. Aku mendapat sms itu ketika aku sedang mengikuti kuliah tambahan. Antara bingung harus ikut atau tidak. Setelah berpikir matang-matang akhirnya kuputuskan untuk ikut. Setelah perkuliahan selesai aku tidak langsung pulang ke rumah, aku langsung naik labi-labi menuju rumah kak Icut karena mereka semua akan berkumpul di rumah kak icut. Aku berkomunikasi dengan kak icut melalui sms, dia memberikan alamat rumahnya. Dan aku pun naik becak untuk sampai ke rumahnya, tidak ada labi-labi yang langsung masuk ke daerah tempat kak icut tinggal.

            Akhirnya aku sampai di rumah kak icut. Ternyata kak icut orangnya ramah padahal baru kenal. Setelah kita mengobrol panjang lebar ternyata aku dan kak icut sodaraan. Dan aku juga mengobrol dengan teman-temannya yang telah berkumpul di rumah kak icut. Rasanya senang sekali bisa berkumpul dengan keluarga alawiyyin. Setelah shalat dhuhur kami pun langsung tancap gas ke mata ie hillside. Terus terang aku belum pernah kesana, kak icut dan majidah pun sama, mereka belum pernah kesana. Jadilah kami seperti anak kampung yang belum pernah lihat apa-apa. Tapi kami sangat menikmati kebersamaan itu. Kami asyik berfoto-foto ria dengan pemandangan kolam. Aku senang bisa mengenal kalian semua.

            Sejak saat itu aku sering ikut kumpul-kumpul bersama mereka. Dan aku mempunyai banyak teman dari keluarga alawiyyin. Dan pada sat itu aku merasa mempunyai perasaan kepada salah satu teman kak icut. Yaa aku jatuh cinta. Mungkin karena kebersamaan yang tercipta ditambah dengan sering bertemu membuat aku mempunyai perasaan lebih kepadanya. Lama aku memendam rasa ini, aku tidak berani mengungkapkan isi hatiku. Aku hanya berani mengaguminya dalam diam. Karena aku tidak tahan lagi akhirnya aku curhat sama kak icut yang membuat kak icut menggodaku. Aku hanya bisa tersenyum bahagia berharap rasa ini segera diketahui olehnya. Tapi aku takut dan juga malu kalau sampai dia mengetahui perasaanku. Apa yang harus aku lakukan. Berkat saran teman, aku mengungkapkannya melalui sms. Dan tahukah apa yang terjadi selanjutnya. Dia tidak membalas sms ku dan sejak saat itu dia menjauh dariku. Aku mengutuk diri sendiri, seharusnya aku tidak boleh gegebah. Karena sms itu aku tidak bisa lagi melihatnya. Dan aku sangat menyesali kejadian itu.

            Puncaknya terjadi ketika keluarga alawiyyin mengajakku berbuka puasa bersama di sebuah cafe yang ada di sigli. Aku sangat semangat untuk ikut acara ini. Dan sesampainya di tempat acara, aku langsung lemas karena aku melihat dia juga ikut buka puasa bersama kami. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku menutup diri tidak ikut mengobrol dengan mereka. Yang aku pikirkan bagaimana caranya agar acara selesai dan cepat-cepat pulang. Perasaanku berubah. Aku shock bertemu dengannya setelah sekian lama tak pernah melihatnya. Karena kejadian itu juga aku jadi tidak semangat menyambut lebaran. Aku jadi pemurung dan seakan-akan semua yang kulakukan serba salah. Aku harus bisa menata hati ini kembali.

            Setelah beberapa bulan dari kejadian itu, aku mendapatkan sms dari keluarga alawiyyin, bahwa mereka akan melaksanakan acara taushiyah yang akan diisi oleh salah seorang habib dari Madura. Aku sangat semangat karena inilah waktunya untuk kembali berkumpul-kumpul bersama keluarga alawiyyin. Acaranya dilaksanakan ba’da dhuhur. Setelah shalat dhuhur aku bersiap-siap dan meminta adikku untuk mengantarkan ku ke tempat acara tersebut. Dan sesampainya disana mereka sedang menyiapkan makanan untuk disantap setelah taushiyah.

            Tidak lama menunggu, habib dari madura pun tiba. Aku tidak pernah membayangkan kalau habib itu masih sangat muda. Beberapa kali aku ikut acara yang mengisi taushiyah pasti habib yang sudah berumur. Habib itu pun duduk ditempat yang sangat strategis, maksudnya aku bisa menatapnya langsung. Jendela di tempat acara tersebut sengaja dibuka agar tidak terlalu panas. Dan aku bisa melihat habib tersebut melalui celah jendela.

            Dari pertama habib itu sampai hingga pulang. Beliau hanya menatapku bahkan sambil memberi taushiyah pun matanya tidak beranjak dariku. Aku dibuat bingung olehnya. Aku sempat berpikir “kenapa habib itu liatin ana terus yaa...apa ada yang salah sama diri ana”. Dan akupun tidak mempedulikannya mungkin yang beliau lihat bukanlah aku. Kenapa aku jadi GR begini yaa. Otakku sibuk mencari jalan keluar dari permasalahanku. Yaa permasalahan laporan kuliah ku yang belum selesai. Sehingga aku pun tidak terlalu memperhatikan apa yang disampaikan habib tersebut. Menurutku taushiyah yang beliau sampaikan berkualitas dengan bahasa yang mudah dipahami dan suaranya yang mengalun lembut membuat orang betah berlama-lama mendengarnya. 

0 komentar :

Posting Komentar

Back To Top